vUr5v3Aga5Yx91u6PVcXOoUvbSaqSTTT1jtWFLWh
Bookmark

Pengantar dari Praktisi: Ragam Bisnis di Indonesia Bukan Hanya Soal Modal

Bisnisoo.com - Sebagai pendamping UMKM sejak 2016, saya sering menemui pelaku usaha yang bingung saat memilih jenis bisnis yang tepat. Banyak yang hanya melihat tren, tanpa memahami perbedaan antara jenis usaha perdagangan, jasa, ataupun industri kreatif. Padahal, memahami macam-macam bisnis di Indonesia bukan hanya penting untuk legalitas, tapi juga berpengaruh terhadap strategi pemasaran, pembukuan, hingga potensi kolaborasi.

Berikut ini saya rangkum 12 jenis bisnis yang umum dijalankan di Indonesia berdasarkan pengalaman saya mendampingi lebih dari 200 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).


Bisnis




1. Bisnis Perdagangan: Jantung Perekonomian UMKM

Jenis bisnis ini paling banyak digeluti, baik di pasar tradisional, toko kelontong, hingga e-commerce. Dalam praktiknya, model perdagangan terbagi dua: retail dan grosir.

Contoh konkret:
Klien kami di Purbalingga mengembangkan toko sembako online via WhatsApp dan Tokopedia. Dengan sistem pre-order, dia bisa meminimalkan stok dan risiko kerugian. Pendampingan kami fokus pada digitalisasi inventaris dan pencatatan sederhana.

2. Bisnis Jasa: Bertumbuh Seiring Era Digital

Bidang jasa meliputi layanan langsung kepada konsumen seperti salon, bengkel, laundry, sampai jasa konsultasi. Di era digital, banyak pelaku jasa mulai go online: membuat akun Google Bisnisku, hingga promosi di Instagram.

Contoh lapangan:
Seorang klien kami di Kebumen membuka jasa rias pengantin. Setelah dibantu membuat konten tutorial di TikTok, pemesanan meningkat 3x lipat selama musim pernikahan.

3. Bisnis Kuliner: Kategori dengan Kompetisi Ketat

Kuliner memang tidak ada matinya. Namun, sukses di bidang ini tidak cukup dengan rasa enak. Diferensiasi, pengemasan, dan kecepatan pelayanan sangat menentukan.

Catatan penting:
Beberapa peserta pelatihan kami gagal bertahan lebih dari 1 tahun karena tidak menghitung HPP secara akurat dan overproduksi. Di sisi lain, usaha mie ayam kaki lima yang kami damping di Magelang justru sukses karena konsisten dan fokus pada segmen pekerja kantoran.

Bisnis

4. Bisnis Kreatif: Potensi Besar dari Daerah

Industri kreatif mencakup kerajinan tangan, desain grafis, seni lukis, hingga konten digital. Banyak pelaku bisnis muda memanfaatkan TikTok atau Shopee Live untuk memasarkan produk seperti gantungan kunci resin, totebag handmade, dan digital template.

Salah satu dampingan kami di Yogyakarta sukses menjual kalender digital via Etsy ke pasar AS dan Eropa hanya bermodal Canva dan riset tren di Pinterest.

5. Bisnis Pertanian: Modernisasi Lewat Digitalisasi

Bisnis pertanian tak hanya soal bercocok tanam, tapi juga pemasaran hasil tani. Beberapa komunitas tani mitra kami sudah mulai menjual sayuran segar langsung ke konsumen lewat aplikasi seperti TaniHub.

Selain itu, muncul juga agripreneur muda yang menjual bibit, pupuk organik, dan konsultasi via WhatsApp dan webinar Zoom.

6. Bisnis Peternakan: Konsisten Menjaga Kualitas

Dari pengalaman kami, tantangan utama di sektor ini adalah menjaga konsistensi produk dan kesehatan ternak. Salah satu klien kami mengelola ternak ayam petelur di Blitar. Dengan bantuan pencatatan harian dan penjadwalan vaksin, produksi meningkat dan lebih stabil.

Mereka juga bekerja sama dengan reseller lokal untuk distribusi telur segar.

7. Bisnis Perikanan: Dari Kolam ke Konsumen

Jenis bisnis ini sering terpinggirkan, padahal margin-nya besar jika dikelola dengan baik. Misalnya, salah satu pelaku usaha ikan gurame di Cilacap yang kami dampingi, mengembangkan kemitraan dengan pemilik rumah makan dan hotel.

Dia juga memanfaatkan Google Maps untuk menampilkan lokasi kolamnya sehingga pelanggan bisa langsung berkunjung atau pesan online.

8. Bisnis Konstruksi dan Renovasi

Meski bersifat proyek dan musiman, bisnis ini stabil karena selalu ada kebutuhan renovasi rumah, bangunan usaha, atau fasilitas umum.

Beberapa rekan kami sukses membangun usaha jasa bangun rumah berbasis syariah, dengan tambahan layanan desain 3D. Mereka aktif membagikan testimoni di media sosial, yang meningkatkan kepercayaan calon klien.

9. Bisnis Pendidikan dan Pelatihan

Kategori ini semakin relevan setelah pandemi. Banyak tutor dan pelatih vokasi mendirikan kelas online, dari pelajaran sekolah hingga pelatihan barista.

Salah satu UMKM dampingan kami membuka kursus menjahit daring dan berhasil menjaring peserta dari luar negeri via platform seperti Skillshare dan YouTube.

Bisnis

10. Bisnis Teknologi: Startup & Solopreneur

Bisnis berbasis aplikasi dan digital tools tumbuh pesat. Tak selalu harus besar—bahkan solopreneur yang membuat plugin WordPress atau script Python bisa berpenghasilan tetap.

Saya pernah mendampingi seorang lulusan SMK yang menjual jasa pembuatan landing page via Fiverr, dengan klien dari Australia dan Jerman.

11. Bisnis Keuangan dan Investasi Mikro

Kategori ini meliputi koperasi digital, arisan online, hingga pelatihan literasi keuangan. Salah satu komunitas binaan kami menjalankan koperasi simpan pinjam berbasis syariah untuk pelaku usaha mikro di Banyumas, dengan manajemen berbasis aplikasi Android.

Mereka juga rutin mengadakan kelas edukasi cash flow bulanan.

12. Bisnis Sosial: Usaha Berbasis Misi

Satu jenis usaha yang jarang dibahas adalah social enterprise—bisnis yang bertujuan menyelesaikan masalah sosial. Contohnya: usaha sabun ramah lingkungan oleh komunitas difabel atau pelatihan kerja untuk mantan narapidana.

Dampak sosial menjadi nilai jual utama dan kerap menarik perhatian media, NGO, bahkan investor berdampak (impact investor).

Penutup dari Praktisi: Pilih yang Sesuai Karakter, Bukan Tren

Menjalankan bisnis bukan soal ikut-ikutan, tapi tentang bagaimana kamu bisa berkomitmen dan terus belajar. Setiap bidang memiliki tantangan dan peluang. Yang terpenting adalah kamu tahu apa kekuatanmu dan bisa menyusun strategi yang berkelanjutan. Artikel ini saya buat berdasarkan pengalaman langsung mendampingi pelaku usaha di lapangan, bukan hanya hasil riset online.