Berikut ini 12 jenis model bisnis paling relevan di era digital saat ini, lengkap dengan contoh nyata dan tips penerapannya.
1. Business to Consumer (B2C)
Model ini paling umum ditemui, di mana perusahaan menjual
langsung ke konsumen. Contohnya seperti Tokopedia, Indomaret, atau layanan
laundry rumahan.
📌 Cocok untuk kamu
yang ingin menjangkau pasar langsung dengan produk harian atau konsumtif.
2. Business to Business (B2B)
Berbeda dengan B2C, model B2B fokus menjual ke perusahaan
lain. Misalnya, penyedia software akuntansi seperti Jurnal.id menjual
layanannya ke perusahaan-perusahaan UMKM dan korporat.
✅ B2B cenderung memiliki nilai
transaksi besar dan jangka waktu kerja sama lebih panjang.
3. Subscription (Langganan)
Model langganan kini marak digunakan, mulai dari Netflix,
Canva Pro, hingga layanan desain sosial media bulanan.
📌 Pengalaman nyata:
“Saat pertama kali memulai usaha jasa desain grafis, saya
sempat bingung menentukan model bisnis yang cocok. Setelah mencoba sistem
proyek per proyek (freelance B2C), saya merasa pendapatan tidak stabil.
Akhirnya, saya mencoba pivot ke model subscription, di mana klien membayar
biaya bulanan untuk layanan rutin desain konten media sosial. Ternyata, model
ini jauh lebih sustainable dan membuat arus kas usaha lebih sehat.”
— Rico, Pemilik Studio Desain di Bandung
4. Freemium
Kombinasi antara gratis dan berbayar. Aplikasi seperti
Spotify dan Grammarly menggunakan model ini. Pengguna bisa menikmati fitur
dasar secara gratis, dan membayar untuk fitur premium.
💡 Tips: Pastikan fitur
gratis cukup menarik agar pengguna betah dan terdorong untuk upgrade.
5. Dropshipping
Model bisnis tanpa stok barang. Pelaku dropship hanya perlu
memasarkan produk, sementara pengiriman dilakukan oleh supplier.
🛒 Contoh: Banyak
pelaku usaha online di TikTok memanfaatkan dropship untuk menjual produk
kecantikan tanpa menyimpan stok.
6. Franchise
Model waralaba memungkinkan kamu menjual produk/jasa yang
sudah terkenal. Contoh: Kebab Baba Rafi, Ayam Geprek Bensu.
📌 Keunggulan: Brand
sudah dikenal, SOP jelas. Tantangan: Modal awal bisa cukup besar.
7. Marketplace
Platform yang menghubungkan penjual dan pembeli, seperti
Shopee, Bukalapak, atau Tokopedia. Marketplace mengambil komisi dari setiap
transaksi.
💡 Model ini sangat
cocok bagi kamu yang ingin membangun ekosistem e-commerce.
8. Manufaktur (Produksi Langsung)
Kamu memproduksi produk sendiri dan menjualnya langsung ke
konsumen. Misalnya, pengusaha kerajinan kulit di Garut yang menjual dompet dan
tas handmade secara online.
📌 Nilai tambah: Bisa
kontrol kualitas. Tantangan: Perlu investasi di mesin, SDM, dan bahan baku.
9. Affiliate Marketing
Model ini berbasis komisi. Kamu mempromosikan produk orang
lain lewat blog, YouTube, atau media sosial, dan mendapatkan komisi dari setiap
penjualan.
🎯 Contoh sukses:
Banyak konten kreator TikTok menghasilkan jutaan per bulan lewat tautan
affiliate Shopee.
10. Razor and Blade
Model ini menjual produk utama dengan harga murah, tapi
menghasilkan profit dari produk pelengkap. Contoh: Printer murah, tapi
cartridge-nya mahal.
💡 Model ini cocok
untuk produk dengan kebutuhan berulang.
11. Reverse Razor and Blade
Kebalikan dari model sebelumnya: Produk utama dijual mahal,
pelengkapnya murah atau gratis. Contoh: iPhone mahal, tetapi update software
iOS-nya gratis.
📌 Cocok untuk kamu
yang ingin menciptakan loyalitas jangka panjang.
12. Licensing (Lisensi)
Kamu memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan hak
cipta, merek, atau teknologi milikmu. Umum di industri game, musik, dan
perangkat lunak.
🎶 Contoh: Lisensi
musik di Spotify atau lisensi karakter animasi untuk merchandise.
Cara Memilih Model Bisnis yang Tepat
Memilih model bisnis bukan hanya ikut tren. Gunakan
pertanyaan ini sebagai panduan:
- Siapa
target pasarmu?
- Apakah
produkmu butuh pengulangan pembelian?
- Seberapa
besar modal awal yang kamu miliki?
- Apakah
kamu lebih kuat di branding, produksi, atau distribusi?
- Apakah kamu ingin kontrol penuh atau mengikuti sistem franchise?
Penutup: Model Bukan Segalanya, Tapi Fondasi yang Penting
Tidak ada satu model bisnis yang cocok untuk semua orang.
Namun, dengan memahami macam-macam model bisnis dan menyesuaikannya dengan
kondisi serta visi usaha, kamu akan lebih siap menghadapi tantangan pasar.
Jangan takut untuk menguji dan menggabungkan model bisnis.
Banyak startup sukses yang berevolusi — dari freemium menjadi subscription,
atau dari dropship ke manufaktur.
Dan yang paling penting, pahami audiensmu. Karena
bisnis terbaik adalah bisnis yang benar-benar menyelesaikan masalah nyata
pelanggan.