1. Bisnis Kuliner Tradisional dan Modern
Sebagai mentor UMKM, saya pernah mendampingi pelaku usaha di
Wonosobo yang mengembangkan "mie ongklok instan" menjadi oleh-oleh
khas daerah. Bisnis kuliner seperti ini tetap eksis karena dekat dengan budaya
dan selera lokal. Di sisi lain, bisnis F&B modern seperti kopi susu
literan, cloud kitchen, dan frozen food berbasis GoFood Kitchen juga tumbuh
pesat sejak pandemi.
2. Bisnis Fashion dan Konveksi Lokal
Industri fashion di Indonesia sangat adaptif. Salah satu
mitra saya, produsen kaos dakwah lokal di Garut, berhasil menjual ribuan produk
tiap bulan hanya melalui TikTok Shop. Ini membuktikan bahwa bisnis fashion,
termasuk konveksi rumahan, sangat prospektif selama ada diferensiasi produk dan
pemahaman tren.
3. Bisnis Agrobisnis dan Hortikultura
Saya sendiri pernah membantu pelatihan digitalisasi petani
hidroponik di Sleman. Mereka menjual sayuran segar via Instagram dan Shopee
dengan sistem langganan mingguan. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian bisa
dikemas modern, selama ada edukasi dan pendekatan pasar digital.
4. Bisnis Jasa Keuangan dan Investasi Mikro
Maraknya fintech membuat banyak masyarakat mulai membuka
usaha berbasis jasa keuangan, seperti mitra PPOB, jasa top up e-wallet, atau
bahkan edukasi investasi saham dan kripto. Salah satu peserta pelatihan saya
yang dulunya sales asuransi kini sukses mengelola komunitas belajar reksadana
di Telegram.
5. Bisnis Kreatif Digital: Desain, Konten, dan Branding
Indonesia dipenuhi talenta desain dan kreator konten. Bisnis
desain logo, social media management, dan copywriting banyak bermunculan di
kota-kota pelajar. Bahkan, rekan saya di Malang bisa menghasilkan omzet 30
juta/bulan hanya dari mengelola konten TikTok milik UMKM.
6. Bisnis Edukasi dan Kursus Online
Saya pribadi pernah menjadi pembicara di lebih dari 40
webinar UMKM, dan tren e-learning jelas meningkat. Banyak pengusaha kini
membuka kursus online, baik formal (bahasa Inggris, coding) maupun informal
(menghias kue, mengelola warung digital). Modal awalnya kecil, tapi value-nya
tinggi.
7. Bisnis Kecantikan dan Personal Care
Mitra binaan saya di Kebumen memulai usaha masker wajah
berbahan bengkoang yang sekarang sudah punya PIRT dan omzet stabil. Produk
personal care lokal makin diminati karena semakin banyak yang sadar pentingnya
perawatan berbasis bahan alami dan harga terjangkau.
8. Bisnis Properti Mikro dan Kos-kosan
Meskipun terlihat mahal, properti bisa dimulai secara mikro.
Saya kenal seorang guru honorer yang mengubah bagian rumahnya menjadi kos
eksklusif 3 kamar dengan sistem sewa bulanan via Airbnb. Ini membuktikan bahwa
bisnis properti tidak melulu soal modal besar.
9. Bisnis Otomotif dan Perawatan Kendaraan
Salah satu alumni pelatihan saya membuka bengkel motor
khusus servis injeksi dan tune-up, dengan layanan jemput bola. Mereka
memanfaatkan WhatsApp Business dan Google Maps untuk promosi, dan terbukti
efektif menjangkau pelanggan urban yang butuh cepat dan praktis.
10. Bisnis Digital Produk: Template, eBook, dan Plugin
Di era digital, banyak pelaku bisnis menjual produk
tak berwujud seperti eBook parenting, template invoice, atau plugin WordPress.
Saya sendiri pernah menjual eBook strategi digital marketing melalui landing
page sederhana, dan hasilnya cukup menjanjikan meski sekali buat.
11. Bisnis Franchise dan Kemitraan
Banyak pelaku UMKM memilih model kemitraan seperti franchise
minuman atau makanan ringan. Namun, dari pendampingan saya, saya menyarankan
untuk berhati-hati membaca legalitas dan sistem dukungan bisnis. Franchise yang
baik akan menyertakan pelatihan, SOP lengkap, dan margin yang realistis.
12. Bisnis Ramah Lingkungan: Daur Ulang dan Eco Product
Kesadaran akan lingkungan makin tinggi. Saya pernah
berkunjung ke sebuah bisnis kreatif di Jogja yang mengolah sampah plastik
menjadi paving block dan furnitur outdoor. Produk seperti sedotan stainless,
sabun tanpa kemasan, dan tote bag daur ulang makin digemari generasi Z.