![]() |
sektor |
Baca juga info lengkap seputar bisnis e commerce di Bisnisoo.com.
1. B2C (Business to Consumer)
Model ini adalah yang paling umum digunakan. Perusahaan
menjual produk langsung ke konsumen akhir. Contoh paling populer di Indonesia
adalah Blibli dan Zalora, yang menjual produk fashion,
elektronik, hingga kebutuhan rumah tangga.
✅ Cocok untuk: brand besar,
retailer dengan stok barang sendiri.
2. C2C (Consumer to Consumer)
Pada model ini, konsumen menjual produk ke konsumen lainnya
melalui platform pihak ketiga. Marketplace seperti Tokopedia, Shopee,
dan Bukalapak adalah contoh nyata.
🧠Contoh lokal:
Banyak reseller pakaian atau produk handmade dari daerah seperti Yogyakarta
atau Solo memanfaatkan Shopee untuk menjangkau pasar nasional.
✅ Cocok untuk: pelaku UMKM
atau pemula yang ingin memulai bisnis e commerce dengan risiko rendah.
3. B2B (Business to Business)
Bisnis ini berfokus pada penjualan antarperusahaan.
Misalnya, Mekari Jurnal menyediakan software akuntansi untuk
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.
✅ Cocok untuk: penyedia jasa,
produk grosir, atau solusi bisnis.
4. D2C (Direct to Consumer)
Brand memotong perantara dan menjual langsung ke konsumen.
Contohnya, brand lokal seperti Erigo menjual produk fashion langsung
melalui website dan marketplace mereka.
🎯 Keuntungan:
Kontrol penuh atas branding, pemasaran, dan relasi pelanggan.
5. C2B (Consumer to Business)
Kebalikan dari B2C, di sini individu menawarkan jasa/produk
ke perusahaan. Contoh umum: freelancer di Projects.co.id atau Sribulancer
yang menjual keahlian mereka kepada perusahaan.
✅ Cocok untuk: desainer,
penulis, digital marketer.
6. Subscription Model
Pelanggan membayar secara berkala untuk layanan atau produk.
Di Indonesia, model ini diterapkan oleh layanan seperti Netflix atau Paket
langganan makanan sehat seperti GorryWell.
✅ Cocok untuk: bisnis digital, produk rutin seperti makanan sehat, vitamin, dll.
![]() |
sektor |
7. White Label dan Private Label
Brand membeli produk dari produsen dan menjualnya dengan
merek mereka sendiri. Misalnya, brand skincare lokal banyak menggunakan
white label dari pabrik kosmetik di Surabaya.
📈 Tips: Cocok
untuk kamu yang ingin fokus pada pemasaran tanpa harus produksi dari nol.
8. Dropshipping
Penjual hanya bertugas menjual produk tanpa harus menyimpan
stok. Semua pengiriman ditangani supplier. Banyak toko di Shopee dan Tokopedia
menggunakan sistem ini.
🧠Contoh nyata:
Mahasiswa di Jakarta bisa berjualan tas tanpa harus punya gudang, cukup
bermitra dengan supplier melalui sistem dropship.
✅ Cocok untuk: pemula dengan
modal terbatas.
9. Marketplace Model
Model ini menghubungkan penjual dan pembeli dalam satu
platform. Perusahaan hanya menyediakan infrastruktur. Tokopedia dan Shopee
adalah contoh marketplace yang sukses di Indonesia.
🎯 Keuntungan:
Skala besar, potensi traffic tinggi.
💡 Tips Memilih Model
Bisnis E-Commerce yang Tepat
Memilih model bisnis tidak boleh asal. Berikut panduan
praktis:
Kriteria |
Model yang Disarankan |
Modal kecil |
Dropship, C2C |
Ingin kontrol penuh atas brand |
D2C, White/Private Label |
Punya jaringan B2B |
B2B |
Produk rutin (repeat order) |
Subscription Model |
Ingin jual cepat tanpa stok |
Marketplace, Dropship |
❓FAQ: Pertanyaan Umum Seputar
Model Bisnis E-Commerce
Q: Mana model yang cocok untuk pemula tanpa modal?
A: Dropship dan C2C adalah pilihan terbaik karena minim risiko dan modal.
Q: Apa bedanya D2C dengan B2C?
A: D2C dijalankan langsung oleh brand, tanpa distributor atau reseller.
Q: Apakah bisa menggabungkan beberapa model sekaligus?
A: Ya, banyak pelaku bisnis yang menggabungkan D2C dan marketplace sekaligus.
Memahami macam-macam model bisnis e commerce sangat penting
agar Anda bisa mengambil keputusan terbaik untuk perkembangan usaha Anda.
Pilihlah model yang sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan target pasar
Anda. Dengan pendekatan yang tepat, peluang sukses akan semakin besar.
🔗 Untuk panduan dan ide
lainnya seputar bisnis e commerce, kunjungi Bisnisoo.com.