E-commerce bukan hanya soal jualan online—tetapi soal
bagaimana cara menjualnya: apakah langsung ke konsumen? Melalui platform pihak
ketiga? Atau menjual layanan antar bisnis?
Dalam artikel ini, kita akan bahas 7 macam model bisnis e-commerce yang paling umum digunakan di Indonesia dan dunia, lengkap dengan contoh nyata dan tips memilih yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
![]() |
sektor |
1. B2B (Business to Business)
Model ini menghubungkan dua entitas bisnis. Transaksi
biasanya dalam skala besar dan memiliki proses negosiasi harga.
Contoh nyata:
- Moka
POS menjual software kasir ke bisnis restoran.
- Alibaba
sebagai platform jual beli grosir antar perusahaan.
Kelebihan:
- Nilai
transaksi besar
- Pelanggan
lebih loyal
Kekurangan:
- Siklus
penjualan lebih panjang
- Membutuhkan
sistem manajemen lebih kompleks
2. B2C (Business to Consumer)
Model ini paling umum kita temui: bisnis menjual produk
langsung ke konsumen akhir.
Contoh nyata:
- Zalora
menjual pakaian langsung ke pelanggan individu.
- Situs
DTC (direct-to-consumer) brand seperti Erigo, Scarlett, dan lain-lain.
Kenapa populer?
- Bisa
dikontrol penuh oleh pemilik brand
- Fleksibel
dalam pemasaran dan branding
Tips:
Jika Anda baru memulai, B2C cocok untuk Anda yang ingin membangun brand sendiri
tanpa bergantung pada pihak ketiga.
![]() |
sektor |
3. C2C (Consumer to Consumer)
Model ini mempertemukan konsumen yang ingin menjual barang
dengan konsumen lainnya.
Contoh:
- OLX,
Facebook Marketplace, Shopee (untuk penjual individu).
Kelebihan:
- Mudah
dimulai tanpa modal besar
- Cocok
untuk barang bekas, koleksi, atau handmade
Kekurangan:
- Persaingan
harga sangat ketat
- Tidak
selalu ada jaminan kualitas
4. C2B (Consumer to Business)
Model ini adalah kebalikan dari B2C: individu menawarkan
produk/jasa ke perusahaan.
Contoh:
- Freelancer
yang menawarkan jasa desain ke perusahaan melalui platform seperti Fiverr
atau Sribulancer.
Keunggulan:
- Banyak
diminati oleh profesional independen
- Fleksibel
dan scalable
5. O2O (Online to Offline)
Menghubungkan aktivitas online dengan transaksi offline.
Konsumen mencari dan memesan secara online, tetapi transaksi final dilakukan
offline.
Contoh:
- Gojek,
Tokopedia Pick Up Point, KlikIndomaret.
Mengapa penting?
Model ini menjembatani pelanggan yang masih menginginkan interaksi fisik atau
pembayaran tunai.
6. B2A dan C2A (Business/Consumer to Administration)
Ini adalah model transaksi digital dengan pemerintah atau
institusi publik.
Contoh:
- Layanan
BPJS online.
- Pembayaran
pajak kendaraan secara online.
Biasanya tidak umum untuk bisnis kecil, tapi penting untuk e-government dan integrasi layanan publik.
![]() |
sektor |
7. Hybrid Model
Beberapa perusahaan menggunakan kombinasi dua atau lebih
model.
Contoh:
- Tokopedia
menggunakan B2C (untuk official store), C2C (untuk penjual individu), dan
O2O (untuk layanan Pick Up Point).
Kenapa efektif?
Model ini fleksibel dan bisa menjangkau lebih banyak segmen pelanggan, namun
membutuhkan tim yang solid dan sistem yang kuat.
Bagaimana Memilih Model Bisnis yang Tepat?
Sebagai seorang yang aktif membangun strategi bisnis e commerce sejak 2018,
saya menemukan bahwa:
- UMKM
dengan produk unik cocok memulai dari C2C dan beralih ke B2C saat skala
tumbuh.
- Produk
digital atau jasa bisa langsung ke model C2B atau freelance marketplace.
- Retail
besar cenderung cocok dengan model hybrid untuk menjangkau semua pasar.
Pertimbangkan juga:
- Modal
awal
- Target
pasar
- Infrastruktur
logistik
- Kemampuan
teknis
FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Model Bisnis E-Commerce
1. Apa model bisnis e-commerce yang cocok untuk pemula?
C2C atau B2C di marketplace (seperti Shopee) adalah cara
paling mudah dan murah untuk memulai.
2. Apakah satu bisnis bisa menggunakan lebih dari satu
model?
Bisa. Banyak perusahaan besar menggunakan hybrid model untuk
menjangkau lebih banyak pasar.
3. Bagaimana cara berpindah dari C2C ke B2C?
Mulailah dengan membangun website sendiri, optimalkan SEO,
dan gunakan email marketing agar tidak tergantung marketplace.
Kesimpulan
Memahami macam-macam model bisnis e-commerce sangat
penting dalam menentukan arah dan strategi bisnis Anda. Jangan terpaku hanya
pada model yang umum—sesuaikan dengan produk, pasar, dan kemampuan operasional
Anda.
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang strategi membangun
bisnis e commerce dari
nol hingga menghasilkan, silakan kunjungi artikel lain kami di Bisnisoo.com.